Label

#art (2) #favorite (1) #iseng (1) #nyampah (1) #psikologi (1) #study (1)

Kamis, 04 Juli 2013

Kerendahan Hati (Taufik Ismail)

Kerendahan Hati

Taufik Ismail


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit, jadilah belukar,
tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput,
tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, jadilah saja jalan kecil,
tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten, tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Sabtu, 18 Mei 2013

Hati dan Diri


“Halo, Hati dan Diri! Apa kabarmu?”
“Sudah seperti apakah kamu hari ini, wahai Hati dan Diri? Semakin membaikkah? Semoga ya sayang”

Diri, hari ini aku bercermin.
Kulihat sosokku terpantul di sana.
Tapi tetiba pertanyaan-pertanyaan ini terngiang di benakku.

Hai, Diri yang ada di cermin.
Apakah kau sudah menjadi sosok perempuan sebagaimana yang kau inginkan ada pada sosok anak perempuanmu nanti?
Atau sosok yang kau inginkan ada pada sosok yang mendampingi suamimu atau anak laki-lakimu nanti?

Aku termenung, Diri.
 Kusadari, segala perangaiku, cara berbicaraku, cara berpikirku itu yang kelak akan tercermin pada sosok-sosok keturunanku. Terpatri pada benak anak-anakku kelak, terbayang pada imaji suami, anak perempuanku, anak laki-lakiku, pendamping anak-anakku.
Oh Diri, sungguh tak tega dan tak patut jika anak dan cucuku kelak harus mengenal sosokku yang masih penuh kekurangan seperti ini.

Hei, Hati.
Ketika bercermin, aku melihat Diri dan ketika kutelisik lebih dalam, aku melihatmu di sana.
Apa kabar hari ini, Hati?
Merasa wangikah?
Hati-hati sayang, periksa kembali.
Jangan-jangan itu bau dirimu yang terbakar oleh riya.
Apakah kau merasa besar hari ini, Hati?
Periksa kembali sayang, mungkin kau tengah membengkak karena kesombonganmu.
Apakah kau merasa putih, Hati? Oh sayaaaang.. benarkah itu bukan warna nanah yang keluar darimu karena segala dosamu sayang?

Hati, Diri,
Aku menangis.
Aku menangis karena memandangi diriku sendiri dalam cermin.
Tidak, bukan hanya aku yg ada dalam cermin itu, tapi bahkan keturunanku.
Aku meminta maaf, wahai Hati dan Diri.
Sepatutnya aku menjagamu dengan sebaik-baiknya demi keberkahan keturunanku.
Amanah yang kau pikul amat besar, Hati, Diri. 
Bersabarlah, dan teruslah berupaya sebaik-baiknya demi cantiknya Dirimu, demi lembutnya Hatimu.

Kau tak sendiri, wahai Hati yang seringkali merasa susah, wahai Diri yang seringkali merasa lelah.
Ada Dia, Sang Pencipta kita yang menemanimu.
Ada wajah-wajah suami dan keturunan yang mendambakan kehadiranmu dengan sepenuh harap.
Kuatlah dan jadi yang terbaiklah, Sayang. 
Demi suamimu, demi anak-anakmu, demi Diri dan Hatimu sendiri.
Wahai cermin, jadilah saksi bangunnya Hati dan Diri yang sudah lama terlelap.
Dan berkatalah wahai Hati dan Diri, ”Aku BISA menjadi lebih baik ! “


[curhatan hati saya, yang pengen banget saya bagi dan Alhamdulillah bs disampaikan melalui kultwit di komunitas @SuperbMother tercinta :* ]

Rabu, 13 Maret 2013

Bukan Sekedar Tugas




Hmm.. tugas
Siapa sih orang yang ga "deg" begitu denger kata ini?
Terutama para akademisi, pasti sering mengalami syndrom cengo sesaat --> kaget --> protes --> kemudian badan lemes ketika mendengar kata ini diucapkan oleh para 'tetua' alias guru atau dosen kita kan? hahaha

Jujur, saya juga termasuk ko :)

Dan jujur lagi, badan saya tambah lemes ketika kata tugas itu mendapat tambahan kata "kelompok"
Why?

Karena menurut saya, tugas kelompok itu berat.
Bukan berat dipengerjaannya, tapi lebih di amanah nya.

Menurut terminologi, definisi amanah itu adalah sesuatu yang dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Nah, kenapa saya menyangkutpautkan tugas dengan amanah?
Karena menurut saya, tugas kuliah atau sekolah itu juga merupakan suatu amanah. Amanah ini semakin terlihat ketika kita berbicara dalam konteks tugas kelompok.
ya, dalam tugas kelompok ada hak-hak dari teman2 sekelompok itu yang patut dipelihara dan dijaga agar orang2 di dalam kelompok itu dapat menerima apa yang menjadi haknya, dalam hal ini adalah nilai.
Kalau kita tidak menjaga dan memelihara (alias kasarnya adalah mengerjakan seoptimal dan seefisien mungkin) tugas kelompok kita, bukankah sama saja dengan kita telah mendzalimi hak2 teman-teman sekelompok kita?

Terkadang saya suka geram ketika masih ada orang yang dengan sengaja bermalasan atau menunda mengerjakan tugas kelompoknya padahal ia sedang berada di waktu senggang, begitu pula dengan yang mengerjakannya dengan asal-asalan. Haloooo, itu hak temen-temenmu ituuu. Kasian bukan teman2mu yang lain yang telah berusaha mengerjakannya dengan sungguh-sungguh ternyata harus mendapatkan nilai yang 'sama' dengan orang-orang yang mengerjakannya dengan asal-asalan, hanya karena yaa.. dia kan sama kelompoknya sama kamu, jadi harus sama.

Kalau menurut saya, ini miris dan tidak adil..

Setiap orang memang memiliki hak untuk merasa tidak suka dengan tugasnya, bosan dengan tugasnya, atau merasa "ah apaan sii tugas kaya begini doang juga, ga penting", dan berbagai macam perasaan menolak lainnya, tapi kali ini itu bukanlah saat yg tepat dan tempat yang tepat. Toleransi, tanggung jawab dan kemampuan meregulasi emosi dibutuhkan disini.
Kasarnya sih ya, kalau mau nilai jelek, ya sendiri aja gausah bawa2 orang lain, kasian.

Yah, siapapun yang merasa pernah didzalimi dalam tugas kelompoknya, semoga kesabaranmu menjadi berkah bagimu. Dan bisa jadi pembelajaran juga bagimu, jangan sampai kamu mendzalimi juga orang lain dalam tugasnya, karena ga enak kan di dzalimi? Semangat selalu, tetap pertahankan kerja baikmu, anggaplah itu sebagai sedekah bagi teman-teman mu yang lain yang dapat menunjang keberhasilan bersama.

Dan bagi siapapun yang masih suka mendzalimi, baik sadar ataupun tidak sadar, banyak2 saja introspeksi dan berusahalah untuk tidak membiasakan sikap ini. apapun itu alasannya. Dan berusahalah untuk tidak melakukannya lagi sering2, yuk coba berpikir melalui sudut pandang yang berbeda. Bayangkan posisimu ada di yang di dzalimi.


Ingat ya, tugas itu amanah, kawan :)



P.S :
Tulisan ini terinspirasi dari hasil ngobrol2 cantik sama sobat SMP saya kemarin, dan juga hasil perenungan dari peristiwa nyata yg saya alami sendiri.


"Buat yang pernah ter atau di dzalimi oleh saya dalam tugasnya, saya minta maaf sebesar2nya. Semoga Allah memberimu yang lebih baik dilain kesempatan dan semoga nilai2mu tetap bagus yaa. Doakan aku agar bisa 'pulih' dari perilaku buruk ini. Adapun buat yang saya merasa terdzalimi olehnya, baik2 ya kamu, jgn gitu lagi ah. Semoga bisa menjaga amanahnya di kesempatan lainnya yaaa" :)




Senin, 11 Maret 2013

SIMBIOSIS

Gak ada orang yang di sebut kaya, kalau gak ada orang yang miskin
Tapi siapa juga yang akan memberimu, miskin, kalau tidak ada si kaya?

Gak ada orang yang di sebut pintar, kalau gak ada orang yang bodoh
Tapi siapa juga yang akan mengajarimu, bodoh, kalau tidak ada si pintar?

Gak ada orang yang di sebut kuat, kalau gak ada orang yang lemah
Tapi siapa juga yang akan melindungimu, lemah, kalau tidak ada si kuat?

Gak ada orang yang di sebut vokal, kalau gak ada orang yang pendiam
Tapi siapa juga yang akan menyampaikan suaramu, pendiam, kalau tidak ada si vokal?

Dan sebagainya...


Hey, kita ini simbiosis mutualisme, Manusia.


Saya berperan untuk kamu, sebagaimana kamu berperan untuk saya.
Kita vice versa.

Lalu kenapa tidak kita saling menghargai saja peran yang kita jalani?
Tak perlulah kau si lebih mengolok-olok yang kurang. Dan si kurang, tak perlu juga kau berusaha menjatuhkan si lebih dan menjadi iri yang tidak rasional.

Beri orang yang kurang apa yang menjadi kelebihanmu, toh tak akan habis kelebihanmu.
Lengkapi kekuranganmu dengan berusaha mendapatkan dari yang berlebih, dengan cara yang pantas, benar, dan juga tahu diri.
Tapi jangan juga lantas keenakan karena ada si lebih, berusahalah untuk menjadi yang lebih juga, bukankah tangan diatas lebih baik dari tangan yang di bawah?


Dan kau si lebih, terkadang harga diri manusia membuat si kurang malu untuk mengatakan kekurangannya, jadi pekalah untuk memberi, dan tak perlu kau umbar-umbar penuh kesombongan pemberianmu itu dan jangan kau persulit, karena bisa menyebabkan agresi pada si kurang.

Ya, kita simbiosis mutualisme, Manusia.
Mutualisme...
bukan parasitisme!